BNPB Bukittinggi Laksanakan Diskusi Awal Literasi Sejarah Kebencanaan

BUKITTINGGI - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB melaksanakan Diskusi Awal Pengembangan Literasi Sejarah Kebencanaan di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat pada Rabu (10/8) pukul 09.00 waktu setempat.

Plt. Direktur Sistem Penanggulangan Bencana BNPB Udrekh menjelaskan bahwa saat ini perspektif pariwisata aman bencana menjadi perhatian dikarenakan sektor pariwisata tidak hanya sebagai sumber perekonomian masyarakat, namun harus dipastikan aman dan kapasitas warga sekitar telah siap menghadapi potensi bencana di wilayah tersebut.

Baca juga: Ikatan Notaris: Pembangunan Infrastruktur di IKN Berdampak ke Daerah Sekitarnya

“Penting untuk bisa menampilkan Kota Bukittinggi sebagai daerah tangguh bencana yang hebat serta punya peran membantu daerah sekitarnya dengan mengangkat pengetahuan lokal, promosi wisata dan media, ” kata Udrekh.

Dalam kesempatan ini, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bukittinggi Ibentaro turut mengemukakan banyaknya kejadian bencana geologi di Bukittinggi, terlebih wilayah Bukittinggi berada di daerah dataran tinggi dan di pinggir ngarai. Hal ini menjadi pendorong Provinsi Sumatera Barat untuk memperkuat literasi sejarah kebencanaan sebagai upaya dalam pengurangan risiko bencana.

Baca juga: Sejumlah Masa Akan Blokade Angkutan PBS Lewati Ruas Kurun - Palangka Raya

“Diperlukan kajian secara teknis oleh para pakar geologi, arsitektur, sejarah, dan antropologi sehingga Bukittinggi menjadi kota yang aman dari potensi bencana untuk dikunjungi sebagai kota wisata, ” ucap Iben. 

Sementara itu, Kelompok Kerja (Pokja) Mayza Literasi Kebencanaan Mitigasi Kota Bukittinggi menyampaikan bahwa aset literasi kebencanaan telah dikumpulkan mulai dari kejadian 200 tahun kebelakang termasuk naskah dalam Bahasa Arab Melayu dan Belanda pada periode tahun 1820-1850. 

Baca juga: Peduli Cagar Budaya Cikal Bakal NU, Kasad Setujui Usulan Pemkab Sidoarjo

“Sejarah tidak hanya dipandang dari bencana alam namun juga bencana non alam dan bencana sosial, seperti perang, ” jelasnya.

“Resiliensi masyarakat berbasis kearifan lokal sangat dibutuhkan dan penting sebagai program pembelajaran masa lalu dan budaya yang ada di daerah, jejak kebencanaan harus dipahami dengan baik dan dijadikan pembelajaran”, tambah Mayza. 

Baca juga: Netizen Terpesona dengan Rencana Pembangunan Awning Sepanjang Jalan Minangkabau Bukitttinggi

Perwakilan dari BPBD Kota Bukittinggi Reynaldo juga menambahkan bahwa pengurangan risiko bencana harus menjadi investasi utama dalam pembangunan daerah.

“Harapan dari adanya program pendampingan BNPB ini mampu menghadirkan kemampuan literasi yang membangun karakter masyarakat, sehingga dari pengalaman akan menjadi pembelajaran yang tepat dalam mempersiapkan kapasitas masyarakat menghadapi potensi bencana di sekitarnya, ” ungkap Reynaldo.Pertemuan yang bertempat di Kantor BPBD Kota Bukittinggi ini menghasilkan komitmen bersama untuk pengembangan Literasi Sejarah Kebencanaan di Kota Bukittinggi melalui inisiasi BNPB dan kolaborasi bersama BPBD Kota Bukittinggi serta Pokja Literasi Kebencanaan Mitigasi Kota Bukittinggi.

Baca juga: 11 Jalan Nasional Di Kalteng Tahun Ini Rp 406,2 miliar, Ini Riciannya

Pertemuan turut dihadiri oleh jajaran BPBD Kota Bukittinggi dan Pokja Literasi Kebencanaan Mitigasi Kota Bukittinggi, Media Unusantara serta Tim Literasi Sejarah Kebencanaan pada Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB.(Linda).